Friday, June 13, 2014

YES 2014/2015 Visa Camp Surabaya

     Saya baru saja kemaren tanggal 11-12 Juni 2014 mengikuti acara Visa Camp di Surabaya. Visa Camp adalah acara untuk interview visa. Interview visa adalah untuk memastikan kebenaran data pengajuan visa dan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan pengaju visa saat berada di Amerika Serikat. Visa Camp sendiri dilakukan tiga tahap/batch. Batch Surabaya tanggal 11-12 Juni 2014 di Surabaya. Batch 1 Jakarta tanggal 15-16 Juni 2014 dan batch 2 Jakarta tanggal 29-30 Juni 2014 di Jakarta. Di Jakarta interview visanya berada di Kedutaan Besar Amerika Serikat. Sedang yang di Surabaya berada di Konsulat Jendral Amerikat Serikat. Chapter Bina Antarbudaya yang visa campnya di Surabaya adalah chapter Surabaya, Malang, Makassar, Mataram, Denpasar dan Ambon. Sedang chapter sisanya akan berada di Jakarta pada batch kedua dan ketiga. Beruntung batch Surabaya dan batch  1visa campnya di saat sebelum bulan puasa. Tidak terbayang bagaimana rasanya visa camp batch 2 di saat bulan puasa.
     Chapter Malang sendiri memiliki 5 kandidat YES dan 1 cadangan YES. Sebenarnya saya sangat ingin sekali kami berenam mengikuti visa camp bersama-sama di Surabaya. Namun kali ini hanya 5 kandidat yang baru bisa. Lima kandidat tersebut adalah saya dari Malang, Loka dari Malang, Ika dari Blitar, Fitriana dari Kediri, dan Astri dari Madiun. Pada saat visa camp ini saya adalah ketua rombongan karena secara saya adalah satu-satunya yang laki-laki. Kami bertiga yaitu saya, Loka dan Ika akan berangkat bersama-sama dari Kantor Chapter Malang di Jl. A.R. Hakim V/585 pukul 07.00 dengan jasa travel. Jadi, Ika harus naik bus dari Blitar lalu naik angkot ke kantor. Sedangkan Astri dan Fitriana mereka naik kereta dari kota mereka masing-masing ke Surabaya. Bagi Chapter selain Surabaya dan Malang akan berangkat ke Surabaya dengan pesawat. Saya bersyukur visa camp ini saya tidak perlu naik pesawat.
     Pada saat visa camp tidak banyak barang-barang yang saya bawa. Checklist saya antara lain : baju batik 2, celana kain hitam 2, kaos 3, alat sholat, alat mandi, dan HP serta powerbank. Saya hanya membawa tas ransel 60 liter. Yang paling penting adalah berkas-berkas yang dibutuhkan saat visa camp. Antara lain : paspor asli, FC paspor 3 kali, lembar Confirmation Page 3 kali, dan kartu identitas yang berfoto. Sebelum berangkat saya lupa tidak membeli snack dan minuman sama sekali.
     Pagi-pagi sekali saya harus ke sekolah terlebih dahulu diantar oleh kakak saya. Saya harus melaksanakan remidi kimia. Selain itu saya ada janji dengan pihak tentor kursus bahasa inggris saya di depan sekolah saya. Akhirnya pukul 7 saya sudah berada di kantor yang jaraknya sekitar 500 meter dari sekolah saya. Di depan gang yang berada di sebelah Masjid Jami sudah ada Loka. Lalu saya berlari menuju kantor. Ternyata baru ada Ika dan saya ajak menunggu Kak Arin, Project Officer keberangkatan saya, di depan gang bersama Loka. Saat menunggu, saya pergi ke toilet umum di alun-alun yang memang berada di depan kantor chapter. Saya berganti pakaian dari seragam sekolah ke baju santai. Ternyata ada insiden tidak terduga yaitu handphone Kak Arin jatuh di jalan. Akhirnya tidak lama kemudian Kak Arin datang di gang yang di samping restoran new hongkong. Dan kami berempat masuk ke kantor chapter.
     Di dalam kantor Kak Arin memberi briefing singkat kepada kami sembari menunggu travel pukul 08.00. Saya juga menyempatkan sarapan dengan nasi bungkus dari mama saya. Saya dan Loka membawa map yang kurang layak karena terlihat kotor dan lecek. Akhirnya saya mengambil map biru diamond milik peserta seleksi 2015/2016 yang tidak lolos untuk menyimpan dokumen-dokumen saya. Kami akhirnya menunggu di depan gang sebelah restoran new hongkong. Namun travelnya tidak kunjung datang. Kami berempat membicarakan hal-hal yang acak untuk menghilangkan kebosanan. Saya dan Loka malah berfoto selfie di pinggir jalan dengan tabletnya Ika. Sumpah ini saya merasa alay sekali.
     Akhirnya travel datang pukul 9. Travelnya itu mobil elf dengan 5 ruas kursi. Kami bertiga duduk di ruas belakang sendiri. Kami pun sedikit menyesal dengan pilihan kami ini karena kami duduk di atas roda mobil. Jadi jika ada polisi tidur, kami akan terlontar tinggi-tinggi. Saya sedikit mual karena tidak nyaman dengan bau mobilnya. Apalagi pendingin udaranya tidak terlalu berfungsi. Padahal kami harus menempuh kemacetan yang sangat panjang dan padat. Saya pun tidur saja sepanjang perjalanan dari Pasar Singosari sampai Apolo. Kata Loka, saya tidur sangat pulas sekali sampai-sampai kepala saya membentur jendela tetap saja saya tidak terbangun. Kami berganti mobil dari elf ke inova di Bandara Juanda.
     Hotel dimana kami akan menginap adalah Fave Hotel Graha Agung Surabaya by Aston di Jln. Mayjend Yono Soewoyo, Pakuwon Square. Jadi hotel Fave di Surabaya ini ada dua yaitu Fave Mex di daerah Gatot Subroto dan Fave Graha Agung di Pakuwon. Dua supir travelnya tidak tahu kalau ada hotel Fave ada di Pakuwon. Bahkan mereka tidak tahu dimana itu Jalan Mayjend Yono Soewoyo maupun Pakuwon. Mereka ngotot jika hotel kami berada di Gatot Subroto dan kami diantarkan ke sana. Setelah bertanya ke satpam hotel akhirnya si supir percaya kalau hotel fave ada dua dan hotel kami berada di Pakuwon. Saya pun menelpon pihak hotel fave agar memberi arahan jalan.
     Kami sampai di Hotel Fave pukul 1. Hotelnya lumayan bagus. Nuansa hotelnya berwarna pink dan ungu. AC di lobby alhamdulillah lebih dingin daripada AC di travel. Saya pun menelpon Kak Dina bahwa saya sudah berada di lobby hotel. Kak Dina adalah panitia nasional Bina Antarbudaya yang mengurusi visa camp kami ini. Kak Dina lalu menjemput kami dan mengajak kami makan siang di restoran. Di restoran sudah ada Kak Fery bersama kawan-kawan dari chapter Surabaya, Mataram, Denpasar dan Makassar. Ternyata Astri dan Fitriana yang naik kereta ke Surabaya sudah datang lebih dulu dari saya. Chapter Ambon masih belum datang. Saya pun langsung mengakrabkan diri. Jadi ada sekitar 23 kandidat yang akan mengikuti visa camp di Surabaya kali ini. Malang ada 5, Surabaya 3, Mataram 2, Makassar 5, Denpasar 4, dan Ambon 4. Saya mengambil makanan sangat banyak sekali. Maklum saya 4 jam di mobil tanpa snack dan rasanya perut itu sudah keroncongan. Makanannya enak sekali, maklum ini restoran di hotel. Aku mengambil porsi besar ayam koloke, bakmi dan nasi.
     Kami lalu masuk ke ruang meeting hotel. Ruangannya tidak terlalu besar. Ruangannya masih seperti bau baru. Tapi ruangannya bagus sekali. Di dalam ruangan ada dua AC dinding besar. Tapi, masih saja ruangan terasa panas sekali. Kak Dina membagian kunci kamar. Saya mendapatkan kamar standard di kamar 518 bersama Iyan dari Chapter Ambon. Briefing di ruangan meeting belum bisa dimulai karena Chapter Ambon masih belum datang. Kami pun menyempatkan solat Dzuhur di mushola hotel. Miris, mushola hotel berada di dalam toilet hotel.
     Setelah Chapter Ambon datang, briefing pun dimulai. Kak Dina meminta kami mengeluarkan berkas-berkas visa kami. Kami mengumpulkan paspor kami ke Kak Dina. Setelah itu, kami melakukan video call dengan Kak Sari melalui Skype di laptopnya Kak Dina yang disambungkan ke LCD Projector. Kak Sari adalah Sending Coordinator Bina Antarbudaya. Lumayan banyak yang disampaikan oleh Kak Sari mengenai bagaimana visa interview nantinya. Kami semua pun tegang. Ruangan terasa sunyi senyap. Maklum, kami semua sedikit takut dengan segala kemungkinan terburuk saat visa interview besok. Pukul 4 kami dipersilakan menuju ke kamar masing-masing untuk beristirahat sampai pukul 06.30.
     Hotel Fave memiliki 8 lantai. Kami menuju lantai kamar kami dengan lift hotel. Anehnya di lift hotel tersebut tidak ada lantai 4. Entah memang lantainya tidak ada atau memang tidak untuk umum kami tidak tahu. Kami malah berpikir yang tidak-tidak dengan lantai 4 dengan cerita horor. Di lantai lima ada saya, Iyan, Meta, Loka, dan Audhey. Kamar hotelnya lumayan bagus, standar lah. Wallpaper kamarnya bernuansa warna pink. Toilet dan kamar mandinya juga lumayan. Dan yang paling penting, ACnya dingin banget. Maklum, orang Malang kayak saya kalau ke Surabaya itu rasanya seperti di neraka aja panasnya. Lalu saya mengeluarkan beberapa pakaian saya dari tas dan menatanya. Saya pun mandi dengan air hangat dengan sabun hotel yang lagi-lagi berwarna pink. Setelah mandi dan solat, saya menonton TV. TVnya lumayan lengkap pilihan channel internasionalnya.
     Di visa camp ini gadget kami tidak dikumpulkan ke panitia. Jadi kami masih bisa berhubungan melalui gadget kami. Apalagi didukung oleh wifi hotel yang lumayan kenceng. Saya pun saat menelpon ke Loka dengan Lina bisa bening banget tanpa buffering. Buka youtube pun tidak perlu buffering. Lancar banget lah pokoknya ini wifi. Pantas saja tadi Kak Dina skype sama Kak Sari bisa lancar-lancar aja. Selain itu telpon di kamar juga bisa buat menelpon ke antar kamar. Saya pun mengundang anak-anak dari kamar lain untuk datang ke kamar saya melalui group chat YES di Line. Christ dan Diyon datang terlebih dahulu. Lalu si Meta datang dengan pia kejunya. Tidak lama kemudian Audhey dan Loka datang. Kami bercanda kesana kemari tak tentu arah. 
     Sekitar pukul 06.30 kami turun ke restoran untuk makan malam. Di lift, kami bertemu Stephanie yang akan menuju kami saya. Sesampainya di restoran baru ada beberapa anak saja. Kak Fery dan Kak Dina juga belum datang. Kami pun turun ke lobby hotel. di lobby hotel kami bermain piano besar. Bebarapa anak menunjukkan bakatnya dalam bermain piano. Sedangkan yang lainnya malah berfoto-foto termasuk aku. 
     Kak Ferry pun datang dan mengajak kami makan malam di restoran. Makan malamnya pun lumayan enak makanannya. Sekali lagi aku mengambil porsi besar. Setelah makan, kami yang cowok ngobrol di restoran. Sedangkan yang cewek entah kemana. Kami ngobrol dengan Kak Fery. Kak Fery menceritakan pengalamannya selama di Amerika. Banyak ilmu yang kami dapatkan. Banyak juga saran-saran yang kami terima sebagai pandangan kedepan sebelum keberangkatan kami. Dan Kak Fery bercerita tentang penerbangan ke Amerika. Duh, ini yang bikin kepikiran. Kak Fery menceritakan tentang permasalahan dokumen-dokumen. Kak Feri juga menceritakan bagaimana seharusnya koper dan gembok yang kita bawa saat ke Amerika nantinya. Dan yang paling parah itu saat Kak Feri bercerita mengenai lamanya penerbangan ke Amerika Serikat. Gak kebayang bakal bagaimana ini pantat dibuat duduk berjam-jam di atas pesawat, Apalagi Kak Fery bercerita tentang perbedaan jam Amerika dengan Indonesia saat penerbangan itu bisa mengganggu kita terutama penyesuaian diri terutama dengan jam istirahat. Tapi, terima kasih banyak buat Kak Fery yang sudah bercerita panjang lebar. Sehingga lumayan ada pandangan tentang bagaimana keberangkatan kami dan kehidupan kami di sana.
     Sekitar pukul 09.30 Kak Fery sudah mengintruksikan kami untuk tidur di kamar masing-masing. Tapi saya, Dion, Christ, Bayu, Akbar dan Amir malah berkumpul di kamar Akbar. Kamar Akbar itu keren! Ada jendela yang bisa buat ngelihat pemandangan di luar. Pemandangan malam Surabaya itu keren abis lah. Lampu-lampu tersebar terang benderang. Awannya pun gak segelap di Malang. Terlihat lalu lalang pesawat di atas. Di kamar Akbar gak terlalu lama. Saya, Dion, Bayu dan Christ kembali ke kamar masing-masing buat ambil charge hp. Di kamar Dion saya nggodain Loka dan Akbar lewat telepon. Saat nelpon Loka, si Dion dan Christ pura-pura jadi resepsionis berhantu. Malah mereka ngeluarin suara-suara aneh. Loka ngotot nuduh saya yang ngelakuin itu. Padahal saya cuma ketawa terbahak-bahak di belakang Dion. Begitu juga dengan yang kami lakukan dengan Akbar. Awalnya Akbar serius menanggapinya. Tapi, lama-lama dia tahu lah kalau kami yang ngerjain dia.
     Kami harus berkumpul pukul 06.00 di restoran dengan sudah membawa barang-barang kami. Kami juga harus memakai batik dan pakaian formal. Karena selama acara visa camp di hotel, kami memakai pakaian yang santai asalkan sopan. Saya dan Iyan datang di hotel pukul 06.10. Kawan-kawan yang lainnya sudah memakan sarapan mereka. Kali ini saya sangat suka dengan menu sarapannya. Ada nasi kuning dengan mie dan lauk pauknya. Ada bubur ayam dan kita bisa mengambil toppingnya sesuka hati. Ada juga sereal dan susu dinginnya. Ada juga roti bakar dengan berbagai macam selainya. Saya pun mengambil semangkuk bubur ayam. Saya mengambil toppingnya lumayan banyak. Ternyata bubur ayamnya sangat enak. Saya masih tidak puas karena ukuran mangkuk hotel yang terlalu kecil. Akhirnya saya mengambil lagi bubur ayamnya. Setelah bubur ayam, saya mengambil sereal. Saya mengambil lumayan banyak sereal dan corn flakesnya. Tapi tetap saja sedikit karena ukuran mangkuk hotelnya tidak terlalu besar. Susunya sangat enak dan segar karena disajikan dalam keadaan dingin. Tak cukup sekali, saya mengambil serealnya dua kali. Setelah sereal, saya membakar satu roti gandum. Roti gandumnya saya olesi dengan selai blueberry. Lumayan enak. Rasanya ingin mengambil sereal dan roti bakar lagi namun ini perut sudah kenyang.
     Barang-barang kami masukkan ke dalam ruang meeting. Seperti kawan cowok yang lainnya, saya ke Konjen mengenakan batik, celana kain, dan sepatu vantoufel. Kami ke Konjen hanya membawa pena dan foto 3 lembar. Sedangkan FC paspor dan confirmation pagenya tidak kami bawa. Kami berangkat ke Konjen dengan mobil elf. Sisanya bersama panitia dan ada yang di taksi. Konjen dan hotel kami berada di satu kawasan elit Surabaya. Saat perjalanan, kami melewati jalanan yang bersih indah nan cantik seperti di luar negeri. Tak tampak pemandangan yang kumuh seperti wilayah-wilayah di Surabaya pada umumnya.
     Gedung Konjen AS itu sangat keren! Sayang sekali kami tidak boleh membawa handphone maupun kamera. Walaupun membawa, kami tetap saja tidak diperkenankan memfoto karena di tiap sudut ada tulisan "No photography, please". Kami menyebrang ke pintu masuk Konjen. Kami adalah pengunjung spesial! Kita masuk lewat pintu utama Konjen, bukan di pintu masuk yang biasanya orang lain lewati. Pengamannya lumayan ketat. Seingat saya ada 3 lapis pemeriksaan lah. Petugasnya pun juga keren dengan seragam US Department of State berwarna cokelat dengan bendera Star Spangeled Banner di lengannya, bahkan topinya juga mirip banget dengan petugas-petugas di Amerika seperti di film-film.
     Sebelum memasuki pos pemeriksaan, Kak Dina membagikan paspor dan berkas-berkas kepada kami. Saya mendapatkan kloter pertama memasuki ruang pemeriksaan. Ruang pemeriksaannya keren! Bahkan pintunya masuknya aja keren udah automatic door. Ruangan pemeriksaannya dingin banget dan tambah bikin merinding aja! Kalau kata Kak Ferry itu udah "feels like Masachusetts". Berkas-berkas saya diperiksa. Saya juga menulis nomor telepon saya. Lalu saya melewati pemerisaan x-ray. Sesudah itu saya mendapatkan bedge/name tag visitor berwarna kuning. Seharusnya saya menjaminkan kartu identitas, tapi sebagian besar dari kami tidak membawa kartu identitas jadi tidak apa.
     Setelah pemeriksaan selesai dan saya mendapatkan bedge visitor kuning, saya dipersilakan keluar. Ternyata ini pintu automatic lagi. Susah banget bukanya. Aku bingung gimana ini bukanya, aku tarik dan dorong tetep aja gak kebuka. Petugasnya pun bilang kalau pintunya ditarik aja. Oh, ternyata saya gugup! Akhirnya saya keluar dari ruang pemeriksaan. So, it means I finally have been in America teritorial! its called extrarteritorial!!! Merinding banget bisa masuk ke teritorial Amerika. Tambah merinding lagi pas lihat bendera Star Spangled Banner berkibar di tiang tinggi. Kami gak bisa berlalu lalang seenaknya di Konjen. Banyak banget lah penjaganya. Kami baru berjalan melewati taman-taman yang seger banget ke ruang serbaguna setelah ada instruksi dari penjaga. Saat memasuki ruang Serbaguna, aku gak sengaja narik pintunya buat nutup. Ternyata itu pintu automatic, pintu tertutup terlalu kencang.
     Di dalam ruang serbaguna, sudah tertata rapi jajaran kursi. Di dalamnya ada bendera Amerika Serikat dan Indonesia. Saya berkenalan dengan salah satu petugas Konjen, saya lupa siapa namanya. Setelah semua kandidat masuk, kami diajak mengunjungi IRC sembari menunggu Konjen. Sebelum kita masuk, dua pintu automaticnya membuka perlahan sendiri. Ini pintu automaticnya tidak seperti yang di mall. Seperti pintu di rumah, tapi itu kacanya tebel banget dan rangka besinya gede banget.
     Hal pertama yang aku dan Radhe (Mataram) cari di IRC adalah globe. Kami mencari peta Amerika Serikat dan mencari dimana placement kami. Akhirnya ketemu kota dimana saya akan tinggal yaitu Tacoma, Washington State dan negara Radhe akan tinggal yaitu Michigan. Kak Eka ketawa lihat tingkah kita yang sedikit euphoria mencari kota kita masing-masing. Saya lupa kepanjangannya IRC itu apa. Yang pasti, IRC itu semacam perpustakaan. IRC itu keren abis lah! Buku-bukunya itu bagus-bagus dan sebagian besarnya printed in USA. Begitu pula dengan majalah impornya seperti Forbes, Time, National Geographic Channel, dll. Ada juga komputer mulai dari komputer windows maupun iMac yang besar banget. Aku coba internetnya itu cepet banget loadnya, sekali pencet langsung kebuka.
     Saat di IRC, pihak Konjen sedang ngerekam kegiatan kita buat dipost di Youtube. Reza (Surabaya) dan Mami (Kupang) diinterview juga oleh pihak Konjen untuk dipost di akun Youtube Konjen. Malahan juga ada beberapa wartawan yang meliput kegiatan kita di IRC. Rasanya itu kita seperti anak-anak Indonesia spesial lah. Di IRC, aku mengambil buku "American Modern Slang" yang tebel banget. Saya, Dion (Makassar) dan Meta (Makassar) membaca penuh khidmat itu buku bersama-sama. Lebih tepatnya ketawa terbahak-bahak memahami tiap kata yang rasanya aneh untuk didengar. Misalkan BANG. Itu punya beberapa maksud, seperti amazing, pleasure, dan having s*x. Kami heran kenapa setiap halaman yang kita buka itu pasti ada satu dua kata yang bermaksud s*x. Misalkan Hotchie-coo, kedengarannya seperti merek permen karet ya.
     Mr. Andrew (Humas Konjen) menyapa kami di IRC. Beliau langsung mengajak kami menuju multi-purpose room. Setelah mengambil minuman dan snack, Mr. Andrew mempersilakan kami satu persatu memperkenalkan diri serta menyebutkan kota dan negara bagian tempat tujuan kita. Sekitar 8 anak menyebutkan placementya seperti di Washington State, California, Massachusets, Virginia, Michigan, dan Arizona. Karena banyaknya anak yang berkata "I haven't got my placement yet", Mr. Andrew menyebut anak yang belum dapat placement dengan sebutan "not yet state". Ika (Malang) saat menyebutkan placementnya di Mesa, Arizona langsung disambut dengan tawa keras dari semua anak sambil mengatakan "DESSERT". Cukup seru memang melihat terutama Dion membully Ika dengan gurunnya. Bahkan Mr. Andrew juga membully Ika dengan dessertnya. Alhasil, semua anak ketawa keras saat Mr. Andrew membuat lelucon tentang dessert dan Arizona dan Si Ika malah mengecil malu di pojokan.
     Mr. Andrew memberikan kepada kami untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Tidak beberapa lama kemudian, Konsulat Jendral Surabaya yaitu Mr. Joaquin M. Monserratedatang. Cukup banyak yang disampaikan beliau mengenai program kami. Banyak saran yang kami terima. Bahkan beliau sangat kagum kita memiliki kesempatan mengunjungi tempat yang beliau bahkan belum pernah kunjungi. Dan sesi ramah tamah ini sungguh mengagumkan bagi saya. Saya bahkan tidak mengiri saya akan berada di posisi seperti ini. Apalagi banyak sekali wartawan yang berada di belakang kami dengan kamera yang selalu mengkilatkan cahaya saat mengambil foto. Beberapa kawan saya sangat bersemangat untuk mengajukan pertanyaan dan suasana ramah tamah lumayan hangat dengan selingan tertawa. Beberapa kawan ada yang diwawancarai oleh wartawan lokal, nasional maupun internasional.
     Setelah sesi ramah tamah dengan bapak konjen selesai, Kak Eka dari Chapter Surabaya menceritakan pengalamannya saat berada di Amerika. Kak Eka sendiri adalah returnee YES tahun 2007-2008 di Kentucky dan pernah magang di Konjen US di Surabaya.Cerita Kak Eka lumayan menarik.Saya rasa Kak Eka hanya bisa memberikan cerita yang baik-baiknya saja. Padahal pikiran saya sudah menembus jauh ke negara bagian Washington tentang bagaimana nantinya kehidupan saya. Dalam tawa dan senyum takjub saya terhadap cerita Kak Eka, hati saya merasa kecil dengan besarnya rintangan kehidupan saya di Ever Green State. Setidaknya, cerita Kak Eka ini bisa menginspirasi saya untuk lebih bersemangat lagi.
     Setelah Kak Eka selesai bercerita, Kak Sari membagikan dokumen DS-2019 kami yang asli. Jadi dokumen DS-2019 yang dibagikan sebelum memasuki Konjen itu hanya duplikat FCnya saja. Kami diinstruksikan untuk pergi ke gedung interview beregu atau kloter yang terdiri dari 5 orang. Kloter pertama sudah berangkat. Beberapa saat kemudian, saya berangkat dalam kloter kedua bersama Radhe dan yang lainnya. Ternyata, saya harus melewati bagian keamanan lagi karena wilayah gedung serbaguna itu bukan wilayah umum. Karena kita akan memasuki wilayah umum atau apalah sebutannya yang seperti pengaju visa pada umumnya. Di pos pemeriksaan, kami mengganti bedge visitor warna kuning kami dengan bedge visitor warna merah serta nama dan nomer bedge kami dicatat. Setelah itu, kami berjalan menuju ruang interview.
     Saat memasuki ruang interview, saya bingung kenapa gak bisa dibuka ini pintu. Saya pikir saya gugup seperti saat saya memesuki Konjen. Saya coba saya tarik itu gagang pintunya. Saya coba sekuat tenaga tetep aja tidak bisa terbuka. Lalu saya diam aja tidak mencoba untuk membukanya. Stay cool lah tunggu petugasnya. Barulah bisa dibuka saat petugas di dalam membukanya. Jadi ini pintu hanya bisa dibuka dari dalam, dibuka sekuat apapun dari luar ya tetep aja gak bisa. Setelah masuk, kami masih harus melewati pemeriksaan x-ray. Lalu, petugasnya menyuruh saya mengambil nomor antrian. Anak-anak kloter satu yang sudah duduk bingung melihat saya mengambil nomor antrian. Lalu saya tanya, "ada apa?". Ternyata mereka belum mengambil nomor antrian. Wus! saya freeze dan bingung gak bisa ngomong apa-apa. Saya kira mereka bakalan yang menjadi pertama diinterview. Nah ini kenapa aku duluan. Aku lihat di nomor antrianku B-152, sedang sekarang masih B-142. Ok, aku duduk tarik nafas dan kawan-kawan yang lainnya mencoba menenangkan. Gila men, saya yang bahasa inggrisnya kayak kumur kenapa jadi yang pertama.
    Tidak berapa lama kemudian, nomor saya dipanggil ke counter 3. Di sana ada mbak-mbak lokal. Mbaknya kalau ngomong lewat speaker di samping jendela. Saya disuruh nyerahkan paspor dan dokumen visa nya. Setelah itu saya dikasih kertas kuning buat mengambil paspornya nanti setelah visanya jadi. Saya disuruh cap 4 jari kiri dan kanan lalu jap jempol kanan kiri. Setelah dari counter saya disuruh nunggu buat interview. Tempat dudukku yang tadi sudah di dudukin Ika. Jadi saya duduk di kursi bagian belakang depannya counter interview. Saya dan Radhe lumayan bisa nguping pembicarannya si bule. Jadi interviewnya ini bukan di dalam ruangan. Melainkan cuma di counter biasa aja. Tapi ada speaker kecilnya. Aku, Radhe dan Dion denger si bule dan orang lokal yang diinterview ngomong "Tortle". Tortle apaan coba? Turtle mungkin. Saya turtle gak ada, adanya anjing. Saat di counter dua tempat interview menunjukkan nomor 151 saya lumayan deg-degan. Alamak, mari ngene aku. Tambah cepet aja ini nafas. Tapi si bulenya gak manggil nomor selanjutnya. Dia malah ke belakang sambil kipas-kipas. Mungkin dia masih istirahat. Saya pun jalan-jalan ke belakang untuk menghilangkan gugup. Lumayan bisa makin PD. Saat saya datang sebenarnya ada bule orang amerika di ruang tunggu interview. Aku kurang merhatiin karena tempat duduknya jauh dari aku. Si Audhey bilang kalau dia dari Seattle, Washington. Wah gila! Kenapa gak ngasih tahu saya dari tadi. Kan kota saya deket banget sama Seattle. Pingin banget saya kepoin itu orang kalau saya tahu dari sebelum-sebelumnya.
     Setelah lumayan lama menunggu, nomor saya dipanggil. Wuh, jantung ini rasanya adem. Tapi saya tetap senyum dan berjalan gagah seakan I'm fine. Si bapak-bapak bule ini mirip peran pencuri DNA di Jurassic Park. Beliau menyapa saya dan memulai pembicaraan. Saya lupa bagimana detail interviewnya dalam bahasa inggris, seingat saya hal-hal yang ditanyakan antara lain :
1. Apa tujuannya ke Amerika? | menjadi siswa pertukaran pelajar
2. Program pertukaran pelajar apa? | KL-YES(Kennedy Lugar....)
3. Program seperti apa itu? | (aku jelasin tujuan programnya)
4. Siapa yang mendanai? | US Department of State)
5. Kamu akan menjadi siswa apa di sana? | Multi cultural exchange student
6. Berapa lama di AS? | 11 bulan
7. Kamu akan tinggal bersama siapa? | berasama host family
8. Host familymu tinggal dimana? | di Tacoma, Washington State
9. Kamu akan sekolah di sekolah lokal? | iya
10. Kamu berasal dari mana? | Malang
Beliau mengatakan juga kalau paspor beserta visa saya akan jadi kurang lebih 2 weekdays. Dan di akhir beliau mengatakan selamat atas beasiswanya dan have a nice year. Ada juga beberapa pertanyaan beserta jawabannya yang saya lupa. Kurang lebih seperti itu lah. Awalnya saya gugup banget. Tapi begitu beliau menyapa saya lumayan enjoy sama interviewnya. So far is good lah meskipun di akhir pertanyaan saya kurang bisa dengerinnya. Apalagi dari kaca pembatas counter saya bisa lihat pantulan cahaya kawan-kawan lain di belakang memperhatikan saya. Karena saya yang pertama, jadi saya cenderung formal pertanyaannya. Jadi saya lebih banyak menjelaskan bagaimana program KL-YES itu. Sedangkan kawan saya yang lain yang terakhir malah ditanyain masalah university, wisata, gurun, dll. Bahkan Ika juga dibully sama interviewernya masalah gurun! Setelah selesai interview, saya disambut selamat oleh kawan-kawan yang lain. Alhamdulillah saya bisa melalui interviewnya.
     Saya pun keluar dengan mengatakan terimakasih ke petugas yang tadi dengan senyum sumringah. Saya keluar dari ruang interview. Di luar panitia sudah menunggu kami. Ada Kak Dina, Kak Rori, Kak Feri, Kak Eka, dan Kak Sari. Wuh melihat ekspresi panitia saya langsung gugup. Baru keluar pintu, jalan saya tidak setegap seperti beberapa detik yang lalu. Muka panitia langsung mencureng melihat saya membawa kertas kuning. "Kok kamu dapet kertas kuning? Sini sini!" Jadi lah saya tambah gugup saat menjelaskannya. Saya pun bicara kalau tadi saat saya menyerahkan paspor dan dokumen saya ke counter 3 saya mendapatkan kertas kuning ini untuk pengambilan paspor setelah jadi. Lalu Kak Sari tanya, "Katanya di dalam tadi berapa lama prosesnya?". Aku jawab, "dua minggu kak, dia bilang two weekdays.". Saya pun duduk di samping Kak Feri sambil menulis nama lengkap saya di balik kertas kuning itu lalu saya serahkan ke Kak Sari. Kak Feri bilang, "Jangan gugup gitu lah syad.". Saya bilang "enggak kak, saya woles". Dalam pikir saya, Wah kak gimana gak gugup kalau ekspresinya panitia lebih nyeremin daripada interviewernya hehehe. Lalu beberapa kawan yang lain menyusul keluar dari ruang interview. Tapi mereka keluar tanpa ekspresi seperti saya sebelumnya.
     Kami pun menuju ke ruang pemeriksaan dimana kami menukarkan bedge kuning kami dengan bedge merah untuk mengambil bedge kuning kami. Kami menuliskan nomor telepon kami dan tanda tangan di buku yang seperti tanda hadir. Kami pun berjalan melewati taman yang hijau dan rapi menuju ruang pemeriksaan saat kami pertama kali masuk. Kami mengembalikan bedge warna kuning kami dan mengambil id card bagi yang menitipkan. Dan kami menandatangani buku hadir lagi. Setelah itu kami keluar dari pos pemeriksaan dan langsung mengucapkan alhamdulillah. Kami pun kembali ke tempat mobil travel kami parkir. Tapi di dalam mobil kami heran kenapa kami tidak mendapatkan souvenir dari pihak Konjen seperti visa camp sebelumnya. Tapi tak apa lah.
     Setelah dari Konjen, seharusnya kami kembali ke hotel untuk mengambil barang-barang kami sebelum pulang. Tapi, mobil kami hanya melewati hotel fave dan berjalan terus. Ternyata kami diturunkan di Supermall Pakuwon Indah. Kami berjalan memasuki mall mengikuti panitia di depan. Ternyata kami akan makan siang di KFC. Saya pikir kami akan dibelikan baju atau apa gitu hahaha. Kami menggabungkan beberapa meja untuk dijadikan meja makan yang panjang. Alhasil, jika ada yang keluar maka harus keluar dari ujung kiri. Dan seperti biasanya saya makan paling lama dibandingkan kawan-kawan yang lain. Saat mereka ingin cuci tangan tapi mereka tidak bisa keluar karena saya masih belum selesai makan dan mengahalangi jalan keluar mereka. Kawan-kawan saya pun membongkar meja. Hahaha maaf ya kawan saya makannya terlalu lama, maksudnya menikmati makanan. Dibandikan sesi makan yang lain, makan di KFC ini adalah porsi makan saya yang paling sedikit saat visa camp. Saya sebenernya ingin tambah nasi dan ayam tapi tidak bisa.
     Masih di KFC, Kak Sari memberikan beberapa informasi setelah makan. Antara lain : Kak Sari mengucapkan selamat bagi yang sudah mendapatkan placement. Bagi yang sudah mendapatkan placement, kemungkinan akan ada berkas-berkas yang harus ditanda tangani sesuai kebijakan Placement Organization masing-masing. Bagi yang belum, tetap sabar dan sering-seringlah check email. Cepat dan tidaknya kalian mendapatkan placement berasal dari faktor kecepatan dan kebenaran kalian dalam mengerjakan berkas-berkas yang lalau dan faktor keberuntungan. Dapat di katakan kemungkinan berangkat 85 anak YES bersama-sama dalam satu kloter itu sangat kecil. Bagi yang sudah mendapatkan placement sebelum tanggal 4 Agustus, akan berangkat ke Amerika Serikat tanggal 11 Agustus. Bagi yang mendapatkan placement sebelum tanggal 20, akan berangkat tanggal 20 sekian. Dan sisanya akan berangkat di awal September.
     Setelah dari KFC, kami kembali ke Hotel Fave. Kami mengambil barang-barang kami. Kak Dina juga memberi briefing singkat tentang kepulangan kami. Dan kalimat yang saya ingat dari perkataan Kak Dina adalah "Terimakasih atas partisipasinya dan mudah saat diatur". Chapter Surabaya akan pulang sendiri-sendiri dari hotel. Chapter Malang akan dijemput oleh Kak Arin dan ada yang naik kereta. Sedangkan sisanya akan ke Bandara Juanda. Chapter Ambon masih harus menginap satu hari lagi di hotel karena pesawat ke Ambon dari Surabaya hanya ada waktu pagi. Saat di hotel, Kak Dina heran dengan cara jalan saya yang pincang. Kak Dina tanya ada apa dengan kaki saya. Saya bilang cantengen kak. Langsung dengan ekspresi tegas Kak Dina menyuruh saya menggunakan sandal saja. Jadi lah saya setelah itu mengenakan baju batik, celana kain hitam, dan sandal jepit biru Swallow. Kata Astri, aku mirip orang yang di musholla dan berasa fail banget. Kami pun berfoto-foto ria sebelum berpisah. Ada kalimat, "Ketemu di Orientasi Nasional ya!". Wow! Udah bentar lagi ini keberangkatan saya.
     Pukul 2 Kak Arin datang di hotel dengan Kak Shigit. Kami pun berpamitan dengan yang masih ada di hotel. Setelah duduk di dalam mobil, saya tertidur pulas. Bangun-bangun kami sudah sampai di mall Grand City Surabaya. Kak Arin memberi kita kesempatan satu jam jalan-jalan di Grand City dan harus kembali di mobil pukul empat. Saya ngerasa aneh saat di dalam mall yang lumayan besar itu. Semua orang yang melewati saya pasti melihat ke arah kaki saya, Apa salahnya coba masuk ke mall pakai sandal jepit. Ah masa bodoh yang penting have fun sama anak-anak. Kami berlima bingung mau ngapain di mall ini. Karena isinya ya gitu-gitu aja. Kita malah maianan naik lift dan cuma lihat-lihat. Saya pun mengajak untuk membeli minuman di Starbucks! Maklum ini kan ceritanya kita mau ke Amwrigh. Belum masuk terlalu jauh saya langsung menghentikan langkah. Harganya mahal banget ulala! Kopinya sekitar 60.000an. Aku kira bakal seperti di Malang yang rata-rata 30.000an. Ok, kami dengan stay cool putar balik meskipun si mas-masnya sudah menyapa kami. Kami pun kembali ke food court di lantai 4. Saya membeli sushi dan yang lainnya membeli pempek. Saat kita masih makan, jam di hp sudah menunjukkan pukul 4. Dan Kak Arin sudah menyuruh kita kembali ke mobil. Kami pun segera menghabiskan makanan kami. Saya bingung, sushi yang saya beli itu porsinya dikit banget tapi kok di perut rasanya kenyang banget ya. Kami turun ke lantai 1 menggukan lift yang ada masalah teknis yang mengakibtkan kita harus ke lantai paling atas.
     Kami pun lari-lari menuju mobil. Melihat saya jalan cepat dengan sandal swallow, Astri dan Loka malah tertawa terbahak-bahak ngatain saya. Ah masa bodoh kawan, yang penting kaki gak sakit kena cantengen. Saat jalan cepat pun si Astri mengucapkan beberapa kata-kata ajaibnya panitia chapter yang malah membuat perut saya serasa suduken ketawa terus. Sesampainya di mobil pukul 16.10, kami langsung meluncur ke Stasiun Gubeng yang tidak jauh dari mall Grandcity. Pertama ke Stasiun Gubeng Baru mengantarkan Astri. Astri akan naik kereta eksekutif ke Madiun pukul 16.35. Lalu mobil kami harus berputar jauh sekali untuk mengantarkan Fitriana ke Stasiun Gubeng Lama. Fitriana akan naik kereta ekonomi ke Kediri pukul 16.45 karena tidak ada kereta eksekutif yang ke Kediri.
     Di Stasiun Gubeng Lama, kami solat ashar terlebih dahulu di musholla. Setelah saya solat, saya kehilangan sandal swallow biru saya. Alamak, sandal murahan gitu kok ya bisa hilang. Setelah ditunggu-tunggu, ternyata sandal saya dipinjam oleh mas-mas yang gak punya sandak tapi punyanya sepatu buat ke toilet dan wudlu. Kami pun membeli snack dan minuman di minimarket dekat musholla. Saya dibelikan es krim Feast dan Big Cola oleh Kak Shigit. Jadi lah sepenjang perjalanan pulang tidak membosankan karena selalu ada makanan di mulut saya. Apalagi Jalan Ahmad Yani macet padat sekali seperti biasanya di sore itu. Alhamdulillah jalan Tol menuju Malang tidak macet. Loka turun di pertigaan Japanan karena dia akan langsung pulang ke Mojokerto. Saat akan pulang, Loka lumayan menggegerkan kami karena dompetnya hilang.Setelah dicari-cari ternyata dompet Loka sudah ada di dalam tas.
     Sepanjang jalan Ika, Kak Arin, dan Kak Shigit berkaraoke dengan lagu-lagu yang ada di tabnya Ika. Sedangkan saya hanya tiduran di kursi belakang sambil chatting di Line. Saya pun tertidur dan bangun-bangun sudah berada di Jalan Kawi. Jadi sebelumnya Kak Shigit bertanya, kita ingin makan malam dimana nanti di Malang. Dan saya langsung minta Ayam Coblos di Kawi karena saat itu saya lagi pingin makan ayam. Saya pun menyebrang jalan dengan masih semponyongan baru bangun tidur. Saya dan Ika memesan ayam dada dan es jeruk. Sambel ijonya ayam coblos itu ajib lah! Saya tidak sengaja ngelutes/kerajangan lombok. Baru makan aja saya langsung kepedesan dan minta tambah air putih.
     Saya dan Ika diantar Kak Arin dan Kak Shigit ke Kacuk pukul 09.30. Saya menemani Ika menunggu bus ke Blitar. Kami khawatir jika sudah tidak ada bus yang ke Blitar jika selarut ini. Alhamdulillah masih ada dan Ika melanjutkan perjalanannya ke Blitar. Saya masih menunggu jemputan di Kacuk. Sesampainya di rumah saya pun tertidur pulas.
     Sekian. Dan terima kasih sudah membaca artikel/curhatan saya ini. Untuk foto-foto saat Visa Camp akan saya kirim di lain post. :)

1 comment: