Friday, April 4, 2014

Behind of OSK Malang (Part 1)

     Banyak hal yang saya peroleh saat saya mengikuti seleksi OSK Ekonomi di SMAN 2 Malang. Mulai dari yang aneh, lucu, unik dan mengharukan. Ini adalah kesan saya, entah bagaimana dengan kesan peserta yang lain.

1. Bertemu siswa sekolah lain
     Mungkin hal ini sudah biasa terjadi di kebanyakan kejuaran tingkat sekolah. Saya berjumpa dengan siswa dari SMAN 1,3,5,8,9,10 dll. Tidak ketinggalan dengan yang swasta. Seperti SMAK Kolose Santo Yusup, St. Albertus (Dempo), Freteran, dan Corjesu. Bahkan di OSK ini pesertanya ada yang berasal dari tingkat SMP. Padahal materi yang diujikan merupakan kebanyakan materi-materi siswa SMA. Jadi ingat betapa frustasinya teman saya kelas 8 SMP dulu saat tidak bisa mengerjakan soal OSK Fisika.
     Siswa dari SMAN dengan yang dari SMA swasta sangat mudah untuk dibedakan. Dari seragam saja sudah kentara jelas. Anak swasta terutama sekolah kristen lebih terlihat rajin. Sembari menunggu dimulainya seleksi, mereka tetap saja membaca materi di lembaran kertas yang mereka bawa.
     Selain itu anak SMAK lebih ramah. Siswa dari berbagai SMAK berkumpul satu meja di kantin. Saling berkenalan. Menyebutkan mereka berasal dari sekolah mana. Sungguh terlihat menyatu.
     Sedangkan siswa SMAN, lebih memilih menyendiri. Terasa sekali kesan gengsi dan minder yang tercipta. Mungkin akan saling menyapa jika kita sudah saling mengenal sebelumnya.
     Bukan maksud saya GR, namun ini benar-benar terjadi. Pada saat itu kami siswa SMAN 4 duduk di satu meja sambil bercanda, menunggu dimulainya seleksi. Beberapa siswa SMAN 3, tampak sedang melihati kami. Bukan maksud apa-apa, cuma aneh saja saat mereka melihat kami lalu saya melambaikan tangan, mereka langsung membuang muka.

2. Sekolah yang rindang
     Beruntung sekali seleksi ini tidak diadakan di SMAN 4. Sehingga saya bisa mengunjungi gedung sekolah lain. Agar saya tidak monoton dengan gedung sekolah saya sendiri.
     SMAN 2 adalah salah satu sekolah yang berumur tua di Kota Malang. Bahkan salah satu peninggalan arsitektur kolonial Belanda. Katanya, bekas peninggalan itu masih ada. Namun saya tidak banyak menemui bangunan gedung sekolah yang berarsitektur Belanda. Jika dibandingkan dengan SMAN 4, bekas kolonil masih lebih tampak di SMAN 4. Mungkin karena gedung di SMAN 4 merupakan cagar budaya sedangkan di SMAN 2 tidak, sehingga gedung tuanya kurang tampak.
     Kantin di SMAN 2 lumayan besar. Kursi dan mejanya lumayan banyak. Namun kebersihannya masih kurang terjaga. Sesekali saya melihat sampah berserakan. Selain itu, posisi sekolah yang berada di jalan protokol provinsi menyebabkan kualitas udara di sekolah kurang baik. Saya masih dapat mencium bau asap kendaraan. Dan masih terdengar lalu lalang kendaraan besar di jalan protokol.
     Namun, ruang terbuka hijau di SMAN 2 lumayan banyak. Banyak pohon dan tanaman yang tumbuh. Kadang-kadang angin berhembus sejuk. Sehingga hijau tanaman membuat suasana sekolah ini lebih baik dan segar.
     Awalnya saya kebingungan mencari letak toilet. Berkat keramahan warga sekolah, saya bisa menemukan toilet siswa di sudut belakang sekolah. Ternyata tadi saya mengambil jalan yang jauh saat mencari toilet. Tapi tata letak bangunan sekolah lumayan rapi dibandingkan SMAN 4 yang lebih padat dan membingungkan.
     Toiletnya lumayan bersih. Tidak tercium aroma anyir. Toiletnya tidak terlalu luas. Jumlah pispot dan wc tidak terlalu banyak. Bahkan pispotnya sangat kecil daya alir airnya. Bagusnya, di sini tidak tampak air yang terbuang sia-sia seperti di toliet di SMAN 4.

No comments:

Post a Comment